19/06/2016

Soal Tarawih “Super Kilat,” Ini Tanggapan Kiai NU


Shalat yang baik seharusnya tidak menghilangkan tuma’ninah dalam setiap gerakannya, tidak tergesa-gesa, apalagi dilakukan dengan “gerakan super kilat.”

SHALAT sunnah tarawih adalah shalat sunnah khusus yang dilaksanakan hanya pada bulan Ramadhan. Dalam pelaksanaannya, tarawih kadang memunculkan kontroversi oleh beberapa kalangan. Mulai dari jumlah rakaat yang kadang berbeda atau dari durasi waktu pelaksanaannya. Untuk saat ini publik Indonesia dihebohkan dengan munculnya video tarawih “super kilat” yang terjadi di Blitar, Jawa Timur. Terkait hal ini, KH Miftahul Achyar, selaku Wakil Rais Aam PBNU memberikan pandangannya. Seperti yang dilansir nu.or.id, KH Miftahul Achyar menyebut praktik tarawih super kilat ini telah mengabaikan substansi dari tarawih itu sendiri.

Secara bahasa, kata “tarawih” merupakan bentuk jamak dari kata “tarwihah,“ yang berarti “istirahat.” Dalam praktik yang dicontohkan oleh salafus shalih, para jamaah mengambil jeda/istirahat setiap empat rakaat (dua kali salam). Waktu jeda tersebut diambil setelah mereka melakukan shalat yang cukup panjang dalam empat rakaat tersebut.

Jeda tersebut diisi dengan beragam kegiatan, seperti shalat dan membaca al-Quran, setelah para jamaah melaksanakan shalat dengan durasi yang cukup panjang. Demikianlah tradisi Qiyamul Lail yang dipraktikkan Nabi dan para sahabat.

Tujuan shalat adalah untuk mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya: “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaha: 14)

Karena itu, shalat yang baik seharusnya tidak menghilangkan tuma’ninah dalam setiap gerakannya, tidak tergesa-gesa, apalagi dilakukan dengan “gerakan super kilat.”

“Shalat itu haruslah engkau (dalam keadaan) tenang, merendahkan diri, mendekatkan diri, meratap, menyesali dosa-dosa, dan engkau letakkan kedua tanganmu lalu kau ucapkan ‘Wahai Allah, Wahai Allah’. Barang siapa yang tidak melalukan (hal itu), maka shalatnya itu kurang.” (Hadits dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan An-Nasâ’i dari Al-Fadl bin Abbas)

Tarawih setiap Ramadhan adalah anugerah dari Allah sebagai kesempatan kita untuk bermunajat dan berlama-lama menyambungkan diri dengan Allah Azza Wajalla. Hendaknya kesempatan ini bisa kita manfaatkan secara optimal dan sebaik-baiknya.


 Source: islampos.com