19/06/2016

Suami Istri Pemarah, Bagaimana?


SETIAP insan tentu memiliki sifat yang berbeda. Kita akan mengetahui kebenaran sifat dari orang yang dicinta itu ketika telah menikah. Ya, biasanya setelah menikah, sifat baik atau pun buruk dari suami istri akan terungkap.

Nah, salah satu yang menjadi permasalahan bagi sebagian orang ialah sifat pemarah atau tempramental.

Jika hanya salah satu di antara suami dan istri yang memiliki sifat pemarah sih masih bisa teratasi. Sebab, yang satunya lagi bisa jadi penyejuk kemarahannya dengan tetap sabar menghadapi sifat pemarahnya itu. Lalu, bagaimana jika sifat buruk ini dimiliki oleh keduanya? Apa yang harus dilakukan agar keharmonisan rumah tangga tetap terjalin?

Dalam sebuah hadis yang muttafaq ‘alaih (disepakati Bukhari dan Muslim) disebutkan bahwa Salman bin Shard RA berkata, “Ada dua orang laki-laki yang saling mencela di hadapan Nabi. Salah seorang dari mereka marah hingga wajahnya memerah dan urat lehernya menonjol.

Nabi SAW pun melihat ke arah lelaki tersebut seraya berkata, ‘Sungguh aku tahu suatu kalimat yang jika dibaca olehnya niscaya kemarahannya akan hilang. Yakni (ucapan), A u’dzu billahi minasy syaithaanirrajiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk’.”

Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian marah dan ia dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk. Namun, jika kemarahan itu tetap tidak hilang maka hendaklah ia berbaring.”

Di antara nasihat-nasihat untuk menghilangkan dan meredakan kemarahan ialah:

Pertama: Mengucapkan A ‘uudzu billahi minasy syaithaanirrajiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk) seperti disebutkan dalam hadis di atas. Karena, kemarahan berasal dari setan yang berusaha untuk memecah belah umat manusia; khususnya antara suami dan istrinya.

Kedua: Berwudhu, sebagaimana disebutkan dalam hadis. Di samping itu, wudhu merupakan ibadah yang berfungsi menjauhkan setan dari diri seseorang.

Ketiga: Mengubah posisi agar seseorang tidak jadi melampiaskan amarahnya. Ibnu Uqail berkata, “Dianjurkan bagi orang yang marah untuk mengubah posisinya.”

Keempat: Diam dan memaafkan. Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” (QS. Ali Imran: 134).

Allah SWT juga berfirman, “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia,” (QS. Asy-Syuara: 43).

Dalam sebuah hadis shahih disebutkan bahwa seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, saya punya kerabat. Saya sambung hubungan dengan mereka, tapi mereka justru memutuskannya. Saya berlaku baik terhadap mereka, tapi mereka justru berlaku buruk terhadap saya. Saya bermurah hati terhadap mereka, tapi mereka justru menjelek-jelekan saya.”

Rasul pun bersabda, “Jika memang kondisimu sebagaimana yang engkau katakan maka seakan engkau memberi makan debu panas, pertolongan dan perlindungan dari Allah akan senantiasa menyertaimu selama engkau tetap bersikap demikian,” (HR. Muslim).

Kelima: Berdoa agar Allah berkenan menghilangkan sifat pemarah ini. Seperti doa, “Ya Allah, hilangkanlah kemarahanku dan lindungilah aku dari setan.”

Keenam: Ingatlah akibat marah, yaitu kebencian, perpisahan, dan terkadang mencari-cari alasan. Sebagaimana dikatakan, “Jika dalam kemarahan itu engkau menelanjangi kemuliaan maka ingatlah akan hinanya mencari-cari alasan.”

Ketujuh: Ingatlah pahala menahan amarah dan memberi maaf. Sifat orang-orang baik yang dicintai oleh Allah.

Kedelapan: Jadilah teladan bagi orang lain sebagai upaya untuk mengikuti Rasulullah. Sebab, beliau adalah manusia yang paling lembut, kendati beliau mendapat perlakuan keras dari kaumnya dan orang-orang jahil.

Kesembilan: Ketahuilah bahwa kemarahan yang bukan karena sebab larangan Allah yang dilanggar biasanya identik dengan kebodohan dan kelemahan.

Kesepuluh: Ingatlah hak-hak orang lain ketika Anda marah. Sebab, barangkali kemarahan Anda itu akan merampas hak-hak mereka. Ketahuilah, bahwa setan selalu menjadi pendorong kemarahan Anda. Wallahu ‘alam.

Referensi: 150 Problem Rumah Tangga yang Sering Terjadi/Karya: Nabil Mahmud/Penerbit: Aqwam



Source: islampos.com